Kontemplasi-Marriage Gift 4 Friends...
Pernah suatu ketika seorang bijak melontarkan sebuah kalimat sederhana yang menurut bahasa pribumi bisa kita pahami bahwa hidup adalah ya apa - apa yang telah kita pilih. Bisa saja itu kita pahamkan sebagai sebuah konsekwensi bagi seseorang yang hidup atau mungkin hanyalah suatu kewajiban untuk sekedar bertahan menjadi hidup dan (meminjam bahasa iklan) lebih hidup lagi ?
Tapi kalau boleh kita mencoba untuk menengok kembali ke belakang, bahwa manusia dilahirkan diatas planet Bumi yang demikian indah ini secara kasat mata adalah begitu sederhana, apa adanya, dan tanpa beban, namun sesungguhnya dari awal munculnya niatan untuk melahirkan manusia baru ke bumi oleh manusia sebelumnya salah satunya adalah karena adanya sebuah harapan yang demikian besar terhadap sang jabang manusia ini.
Lumrah dan sangatlah wajar bahkan mungkin sungguh manusiawi ketika kemudian si manusia kecil yang sedemikian polosnya tersebut beranjak menjadi manusia dewasa sesuai plot yang dihadapkan padanya, itung-itung sebagai balas jasa atau balas budi dan mungkin (lagi) memang plot yang dia punya masih abstrak dan diperdebatkan sehingga kemudian akan lebih baik-aman (jika) kembali kepada skenario plot yang sudah ada dan begitu mapan yang kelak akan membawa keBahagiaan - di tengah carut marutnya dunia - dan berakhir dengan indah.
Fakta-Kita memang nggak akan pernah tau apakah harapan-harapan, impian, cita-cita, dan cinta manusia akan berujung pada pola yang sama dengan keinginan mereka, pun ketika kita merasa sama sekali tidak menggenggami daya dan kekuatan asalkan masih tertinggal sebersit asa-keyakinan atau bahasa kerennya believe in faith, and….boom… you’ll got you’re wish come true,
bersambung...
<< Home