Tanpa terasa, praktis sebulan menghilang dari peredaran parlementaria. Hiruk pikuk pembahasan APBN yang kini tengah berlangsung yang dulu seringkali memaksa saya untuk begadang sekedar untuk diskusi, berburu dan mengolah data, membaca literatur, menulis paper, laporan, atau naskah press release, praktis juga hilang dari ritual harian saya. Jujur saya akui seperti ada yang hilang, dinamika dan perdebatan yang kadang nggak penting dan nggak substantif somehow menjadi hal yang menarik dan ngangenin yang sayang untuk dilewatkan. Sesekali luapan ketidakpuasan yang saya terima karena pandangan dan aspirasinya nggak terakomodasi namun tak sebanding dengan apresiasi yang datang dan ekspektasi yang berlebih terhadap keterlibatan saya selama dalam proses praktis membuat hidup saya tanpa jeda, dua tahun lebih laksana sekejapan mata saja.
Telat makan berturut-turut adalah makanan sehari-hari, rumah sakit menjadi jadwal rutin tahunan. Ironisnya saya tetap cinta dengan semua aktivitas saya, bahkan cinta mati (bingung juga definisi cinta mati apa ya?) emosi juga terlibat. Layaknya seorang chef yang emosinya terlibat dalam pekerjaannya maka akan nampak dalam citarasa masakan yang diciptakan, begitupun saya. Ketika menulis kalimat ini dalam imajinasi saya seketika muncul..tamtam..chef yang ganteng (pasangan main catherine di film no reservation? Lupa, hehe mulai ngelantur, abaikan yang ini) dengan celemek dan topi tinggi putihnya sedang meliuk-liukkan adonan tepung di kedua tangannya dalam adegan lambat dan smokeysmokey, wihiiii...luv it!
Tak terlibat dalam proses-pun, jujur substansi anggaran masih memiliki peringkat paling tinggi di hati saya (huuuhuu) meski perlahan tapi pasti mulai terdegradasi seiring dengan sekolah saya yang telah selesai dan pergeseran konsentrasi aktivitas saya lainnya yang tidak berhubungan dengan anggaran. Terdegradasi karena tidak ada alasan khusus yang mendorong saya untuk terlibat lebih dalam. Membaca atau menulis serius saya lakukan jika terkait dengan pekerjaan atau aktivitas yang saat itu tengah saya lakukan. Jika tidak maka saya lebih memilih untuk mengistirahatkan mata dan otak saya yang kecapean dan mulai menua (hehe), baca komik dan menulis yang lucu-lucu seperti sekarang adalah kesukaan saya..ya sebagai media pembanding, hehe alasan untuk tidak menyebut males.
Oya, meski masih reses, tapi proses pembahasan anggaran dimulai agak awal. Praktis hanya satu-dua artikel saja yang saya baca selama proses pembahasan RAPBN 2010 sekarang berlangsung disamping update SMS dari temen tentang perubahan angka selama proses pembahasan asumsi. Entah momentumnya yang gagal menciptakan stimulus bagi pemerintah transisi dan anggota panggar yang banyak nggak kepilih lagi dan tidak bersemangat untuk menuntut lebih ekspansif ataukah karena secara politis rezim yang memimpin sudah merasa aman dibanding sesumbar dan takut dinilai gagal jika tidak tercapai menjadikan pembahasan kali ini tidak se-seksi periode sebelumnya, ini sekedar duga-duga awal saya saja. Sampai akhir minggu lalu belum ada alasan khusus untuk menggali lebih jauh.
“Males ah, asumsinya nggak bakalan mampu mengenerate apapun, bahkan nggak ada pemerintahpun mungkin bisa jalan segitu, hehe”. Hmm..komentar yang sombong dan apatis. Sebenernya aliran saya konservatif, seneng banget kalo pemerintah bisa efisien dan menekan belanja yang sifatnya hura-hura, nggak penting, nggak mendesak, dan bikin huru-hara, sampai-sampai syukuran kalo angka defisit bisa ditekan sampai angka yang saya hitung maksimal meski mimpinya nggak ada utang. Dulu suka rajin bikin simulasi lalu bikin matrik untuk dipersandingkan, komentar, dan putuskan which one is the best. Ah bikin simulasi capek juga, sekarang saya malah pengennya bikin novel yang lucu kaya Hilman dengan series Lupus-nya. Wahwah jadi inget sama Boim le bon, play boy keriting cap duren tiga, hihi. Psssst..dulu kalo gak salah saya curi-curi bacanya pas SD atau SMP karena Lupus termasuk daftar bacaan yang dilarang sama orang tua ^_^V. Atau bikin novel kaya mbak kirana cuman kalo mbak kirana backgroundnya konsesi pertambangan dan perjuangan masyarakat kawasan timur indonesia, kalo saya mungkin intrik proses pembahasan anggaran tapi dibikin komedi, seru kali yaa :)
Lho kok jadi ngelantur ke mana-mana, (maaf baru bangun jadi nyawanya masih belum penuh)..sampai lupa, saya mau nulis apa ya? Oya, jumat kemaren ketemu temen Panggar yang ngajak untuk rame-rame bikin komunitas pecinta anggaran termasuk jadi salah satu kontributor, weleh-weleh..saya dikira pecinta anggaran, sounds pathetic, hiks. Tapi saya senang karena aktivitas ini akan menyatukan saya dengan ‘hobi’ saya utak-atik anggaran. Jadi akhir kata-akhir cerita, cita-cita bikin novel lucunya musti ditunda dulu, maaf ya belum ada klimaks, konflik, dan dramanya tau-tau dah ending. Ending yang tak seru :)
Oya buat temen-temen yang APBN-holic, boleh lho kalo mau gabung jadi tim inti, tapi biar jiwanya nyambung syarat mutlak S1/S2nya musti ekonomi dan kecintaannya terhadap APBN bisa dibuktikan, hehe. Mengenai alat pembuktian kedalaman kecintaan nanti akan di define sama temen2. Untuk kontributor edu background gak penting, yang penting punya concern yang tinggi terhadap anggaran & tentunya bisa menulis. Ok, tunggu update berikutnya. Happy weekend!
Read more!