Terlibat dan Melihat Lebih Dekat
Carrie Bradshaw karakter utama Sex and the City dengan romantika percintaannya mampu menulis kolom menarik di media beroplah besar dan rutin ditunggu oleh pembaca setianya. Ditulisnya apa yang dia rasakan dan lakukan dalam kesehariannya. Kolomnya tidak terlalu istimewa, tapi isinya menginspirasi banyak pembacanya. Tulisan dengan gaya bertutur dan mengalir. Banyak berkisah seputar refleksi keseharian, jatuh bangun mempertahankan relationship yang lama atau bahkan ganti dengan yang baru, cerita pertemanan, dan keluarga dari perspektif dirinya sebagai subyek atau pelaku dari cerita yang dibangunnya. Artinya bagian dari ceritanya adalah bagian yang dia lakukan pula di versi senyatanya. Meski cuman serial fiksi, tapi lagi-lagi pemirsa terhipnotis.
Dipikir-pikir, dalam beberapa hal saya (berusaha) agak mirip dengan Carrie, maksud saya tulisannya :). Namun karena profesi saya adalah development worker (terjemahan bebasnya bukan pekerja bangunan) maka yang saya tulis jauh pula dari romansa dan drama percintaan layaknya Carrie. Tentu kompleksitas pembangunan yang banyak menjadi fokus dan sorotan saya. Masalah ekonomi, politik, dan sosial menjadi menu utama kolom blog pribadi saya dalam versi yang sangat-sangat ringan. Apa yang saya tulis adalah wujud ekspresi atas benturan-benturan dari development process yang saya saksikan. Dahulu sekali saya pernah mengidolakan kolom ekonomi Chatib Basri alias dede di Kompas, tapi beberapa tahun terakhir dia menjadi pelit tulisan. Untuk bercita-cita selayaknya kolom Paul Krugman, tentu saya tak berani.
Bersyukur bahwa dalam tiap kesempatan saya bisa masuk dan terlibat untuk melihat persoalan (pembangunan) dengan lebih dekat, termasuk berkontribusi - sekecil apapun - terhadap perubahan di dalamnya. Bahkan mungkin juga untuk mengurangi kerusakan yang lebih besar, mengapa tidak? Demikian seloroh saya kepada beberapa teman yang mencibir pilihan lembaga dimana saya bernaung dua tahun belakangan ini.
Bersyukur pula, saya mendapat kesempatan untuk melalui semua tahapan dan prosesnya. Dari level strategic, directive, tactical, hingga operasional. Namun memang, mengetahui persoalan lebih dekat jika tidak dikelola dengan baik maka akan mendatangkan persoalan tersendiri. Stress, prihatin berkepanjangan, dan keputusasaan sering pula saya alami demi melihat langsung kerikil-kerikil yang mengganggu jalannya pembangunan di republik ini. Kerikil ini pula yang saat ini saya lihat di Amungtai.
Tulisan ini ditulis dimalam kedua perjalanan dinas saya di Amungtai, ibu kota Kabupaten Ulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan. Jujur pada saat menerima telpon undangan dari HSU, baru sekalinya saya mendengar nama kabupaten tersebut. Jauhnya kira-kira empat jam perjalanan darat dari Banjarmasin. Berpenduduk tak lebih dari 300 ribu dengan luas wilayah daratan hanya sekitar 20% dan selebihnya adalah rawa-rawa, praktis HSU tak dapat berbuat banyak. Satu-satunya kecamatan yang selama ini menjadi penopang ekonomi daerahnya dengan bongkahan batu bara telah pula mekar dan lepas dari HSU.
Tak ada halaman rumah. Tak ada trotoar. Jalanan adalah halaman bermain anak-anak HSU. Rumah panggung sudah mulai jarang. Katanya kayu sudah tak ada lagi. Bangunan mahal karena musti pilih tiang pancang atau urug lahan rawa. Sungai merupakan halaman belakang. Karenanya tidak tertata dan nampak kumuh, airnyapun coklat keruh.
Infrastruktur yang mahal, karenanya investor enggan masuk Amungtai. PAD yang hanya mengandalkan retribusi dari parkir dan pasar yang terbatas. Alih-alih untuk bikin proyek besar yang mampu menyedot tenaga kerja banyak, untuk kebutuhan rutin saja daerah harus berputar otak menyiasati belanjanya. Mengandalkan dukungan dari pusat, ibarat minta satu gergaji mesin namun dikasihnya pisau buah tapi banyak. Katanya ada musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang sedianya mempertemukan kebutuhan pusat dan daerah? Bagaimana evaluasi pelaksanaannya? Apakah sejauh ini fungsi hub-nya sudah berjalan? Dst, dst...
Dalam sebuah percakapan dengan aparat setempat, saya sempat nyeletuk “apa yang bisa kita lakukan dengan rawa-rawa pak?”. Mereka terdiam, tak mampu menjawab. Sekitar lima menit, aparat tersebut melanjutkan “baru-baru ini ditemukan tambang emas dikawasan tak jauh dari Amungtai, jadi kami optimis ke depan ekonomi HSU akan lebih baik”. Syukurlah masih ada harapan, gumam saya. Senyampang masih ada harapan maka perubahan akan datang, Obama dalam salah satu pidatonya pernah bilang demikian. Amungtai, semangat!
Read more!