Marriage Gift For Friends (habis)
Pilihan di Satu sisi, Manusia menjadi bodoh, tertinggal, dan tidak berdaya, hanyalah sebuah lintasan dari roda kehidupan manusia yang adalah menjadi pilihan sampean-sampean, kita-kita sendiri. Sampean menjadi seperti itu karena dalam benak sudah terbekam instruksi pada organ untuk menjadi dan berakhir sedemikian.
Pilihan akhir, Ketika kita bicara mengenai akhir-berkesudahan, pastilah manusia-manusia dewasa seperti kita akan mengarah pada akhir sebuah hidup dan kehidupan yang artinya mati. Tapi nuwun sewu, kali ini saya justru memaknainya sebagai sebuah awal dari kehidupan manusia atas proses hidup atau matinya, susah senangnya, atau bahkan jatuh bangunnya (meminjam judul lagu dangdut mbak Kristina).
Tarohlah kita bicara dalam konteks pernikahan (terus terang aja kata ‘pernikahan’ ini bisa membuat merinding dan ketakutan bagi sebagian orang, jadi berbanggalah yang telah begitu berani mengambil keputusan ini) maka apakah semuanya telah berakhir-selesai begitu saja ketika prosesi diikrarkan sebagaimana dilansir khalayak bahwa manusia genap sudah hidup dan ibadahnya ketika dia sudah menikah. Apakah itu saja - tanpa bermaksud untuk mengurangi makna dan menggurui – lebih jauh dari itu semua bahwa justru momen tersebut merupakan tonggak dari proses kehidupan manusia sekaligus ibadahnya dihisab - dimana tanggung jawab yang demikian besar dan luar biasa bertubi-tubi secara tiba-tiba dibebankan di atas pundak kita yang kurus dan ringkih. Tanggung jawab sebagai seorang imam dalam rumah tangga untuk bisa menyetir bahtera rumah tangga menuju pada sebuah keluarga mawaddah warrahmah, keluarga sakinah, selamat fiddunya wal akhirat, dan segenap cita-pengharapan indah lainnya.
Akankah terwujud ? Kalau kita kembalikan pada apa yang menjadi subyek pembicaraan kita di muka, yakni bahwa (sekali lagi) hidup pada dasarnya adalah pilihan kita, manusia ini mau hidup kita seperti apa maka dengan diiringi sebuah asa-keyakinan super tangguh, as you wish! Dan satu lagi, kita di sini tidak mencoba untuk mencari pembenaran atau justifikasi lho…..just flows
Di penghujungan, Ini bukanlah sebuah kado sinisme atas kemapanan, jauh-saya hanya mencoba untuk menyajikan sebuah realitas hidup yang mungkin bisa menjadi bahan renungan, atau mungkin sebagai bahan diskusi di malam pernikahan sampean yang Insya Allah nggak akan pernah basi dan pasti seru tanpa akhir.
Menurut sumber yang bisa dipercaya, manusia dilahirkan ke bumi untuk tidak menjadi egois sebaliknya sangat bergantung pada orang lain, penuh toleransi, pengertian dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan hidup, pencipta, keluarga dan lingkungannya, akhirnya semoga coretan ini bisa memberikan nuansa lain pada hari bahagia sampean. Semoga Bermanfaat dan tetap istiqomah pada hidup yang telah sampean pilih dan menjadi pilihan sampean.
I wish you a happy marriage !!!!!
<< Home