Api dan Harapan Hidup
Jellyjuice Column
"A slice of thought with Indonesia topping and jellyjuice sauce, spicy yet releasing!"
Umihanik a.k.a Jellyjuice
Chat Corner
Paper Collections
Also available at : Virtual Mate
Previous Post Credit
My Engine : Blogger
|
Saturday, April 03, 2010Api dan Harapan Hidup
Warnanya merah-kuning menyala dan mengkilat. Dia adalah energi, nampak indah dan kuat. Dia adalah simbol harapan hidup.
Api dan harapan hidup ini mengingatkan saya pada satu frame dalam film Cast Away dimana Tom Hanks yang saat itu memainkan karakter sebagai pegawai perusahaan pengiriman barang cukup ternama mengalami kecelakaan pesawat dan terdampar di pulau terpencil. Ya, dia bisa bertahan hingga ditemukan karena api kecil yang berhasil dia ciptakan.
Api juga memungkinkan mengepulnya asap dapur. Nyala api di dapur mengisyaratkan penghidupan yang kembali tersambung, masih ada harapan untuk esok.
Namun api juga menjadi penyebab hilangnya harapan hidup jika tidak dikelola dengan baik. Api tidak akan menyala jika tidak ada pemantik, tabung gas kosong, pipa tidak tersambung dengan baik, minyak tanah habis, sumbu kompor kurang ditarik, kayu basah, tumpukan tidak pas, dst. Sebaliknya, api menjadi tragedi jika tidak ada kendali dan disulut tanpa alasan. Kebakaran. Pupuslah harapan.
Sama halnya dengan api, kebijakan yang menyangkut harapan hidup masyarakat idealnya juga dikelola dengan baik. Tinggi/rendahnya angka harapan hidup menjadi indikasi tingkat kesejahteraan suatu negara. BPS yang dipasrahi pemerintah untuk mengukurnya memaknai harapan hidup sebagai peningkatan usia harapan hidup penduduk akibat berhasilnya program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi secara bersamaan. Daya beli, akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik akan memperpanjang usia harapan hidup. Boleh saja pemerintah memperkirakan angka harapan hidup akan mencapai 73 tahunan dan menekan angka kelahiran secara maksimal pada tahun 2025 nanti. Seperti api tadi, perlu ada kendali. Membengkaknya angka penduduk usia lanjut yang notabene adalah usia tidak produktif akan menjadi beban di kemudian hari. Tapi hal ini bukan menjadi isue utama kegusaran saya dan tidak akan saya bahas disini sekarang.
Saya sedang ingin bicara tentang daya beli. Kalo lewat Pasar Minggu entah kenapa saya merasakan kesenangan yang tak terkatakan. Orang bilang ndeso gak papa. Saya bisa lama disana hanya untuk mengamati ekspresi para pedagang. Saya bisa merasakan denyut perekonomian yang berdetak kencang penuh semangat dari pagi hingga ketemu pagi lagi. Tengah malam, Ibu-ibu dengan muka lelah tapi masih menunjukkan ekspresi pantang menyerah untuk menawarkan sisa dagangannya. Bapak-bapak yang sudah tak muda lagi dengan pundak kuyu masih semangat menunggu kedatangan muatan yang siap dia angkut. Bahkan saya sering berandai-andai "Seandainya uang saya banyak, akan saya beli semua dagangan ibu itu dan saya kasih pekerjaan bapak itu". Luar biasa. Siapa bilang rakyat kita malas!! Jam berapapun pasar itu senantiasa ramai oleh pedagang dan pembeli. Entah berapa nilai uang yang berputar di situ semoga lebih besar jika dibandingkan dengan midnight sale yang digelar oleh Senayan City, dll. Ya benar, mungkin saja angka konsumsi yang tinggi menjadi pertanda bagi daya beli masyarakat yang mulai membaik. Dan ya mungkin juga harapan hidup ikut membaik pula. Tapi sayangnya ada tangan-tangan jail yang suka sekali bermain-main dengan api dan pasar? Ini yang bikin saya gusar...
Pagi ini, sebagian masyarakat kita yang hidupnya digantungkan pada geliat Pasar Kebayoran Lama tersentak. Harapan hidupnya dimakan dan diluluhlantakkan oleh kobaran api yang merah dan marah. Seorang ibu berseragam mendadak pingsan mendapati tempat kerjanya telah hangus. Rupanya dia pegawai Ramayana. Di sudut yang lain, ibu-ibu separuh baya nampak lelah namun masih semangat menyeret karung besar berisi barang dagangan yang masih bisa dia selamatkan. Sementara bapak yang lain sibuk berlarian dan memanggul sisa-sisa dagangan ke tempat yang jauh dari api. Ya, mungkin saja mereka adalah seorang ibu dengan beberapa anak yang hidupnya tergantung dari gaji pekerjaan tersebut. Atau orangtua yang masa depan keluarganya diinvestasikan pada tumpukan dagangan mereka.
Sejam yang lalu Metro mengabarkan kebakaran Pasar Kebayoran Lama menghanguskan sekitar 500 kios. Jika setiap pemilik kios mempekerjakan satu orang karyawan, maka akan ada sekitar 1000 orang yang kehilangan pekerjaan. Dan jika tiap-tiap pemilik dan karyawan tersebut mempunyai satu orang istri/suami dan satu orang anak, berapa orang yang terdampak? Siapa yang tahu? Siapa peduli? Tapi yang pasti besoknya mereka akan bangkit lagi sebagaimana korban-korban kebakaran pasar yang seringkali terjadi di penjuru negeri ini.
Tolong jangan lagi bermain-main dengan api dan harapan hidup mereka...
*Ikut prihatin untuk korban kebakaran Pasar Kebayoran Lama dan pasar-pasar yang lain, tetap semangat!
|
<< Home